BIOGRAFI SAYYID QUTHB, (Pemikiran politik islam)

SAYYID QUTHB
Sayyid Quthb adalah ideology gerakan al-ikhwan al-muslimun. Sayyid Quthb lebih memberi nuansa politik pada organisasi ini. Pada masa Sayyid Quthb ini gerakan al-ikhwan berubah menjadi radikal. Pengaruh pemikiran Sayyid Quthb juga bahkan terlihat pada orang-orang yang membunuh Presiden Anwar Sadat (1981) yang mengaku dan mengutip pendapat sayyid quthb sebagai legitimasi atas perbuatan mereka. Mereka mengaku bahwa sikap revolusioner dan radikal mereka terinspirasi oleh pemikiran-pemikiran Sayyid Quthb. 
Sayyid Quthb dilahirkan di desa Qaha, provinsi asy-yut pada 1906. Ayahnya, Haji Quthb ibn Ibrahim adalah seorang petani kelas menengah yang berada dan menjadi anggota partai nasionalis. Ibunya adalah seorang muslimah yang relegius yang sangat memperhatikan pendidikan Sayyid Quthb dengan menanamkan rasa keberagamaan yang kuat dan cinta ilmu pengetahuan yang mendalam kepadanya. 
Pendidikan awalnya ditangani oleh ayahnya sendiri. Lalu, pada usia enam tahum ia memulai pendidikan dasar di desanya. Karena ketajaman otaknya, ia berhasil menamatkan pendidikan dasar hanya empat tahun, dua tahun lebih cepat dari biasanya. Sayyid Quthb sudah menghafal Al-Qur’an sejak usia sepuluh tahun.
Pada usia 13 tahun Sayyid Quthb berangkat ke Kairo untuk meneruskan pendidikan di madrasah tsanawiyah dan setelah selesai baru melanjutkan ke Dar al-Ulum. Pada masa ini, Sayyid banyak mendapat pengaruh dari Abbas Mahmud al-‘Aqqad, seorang penulis Mesir terkenal yang cenderung pada pemikiran Barat.
Setelah tamat dari Dar al-‘Ulum, Sayyid Quthb diangkat sebagai inspektur Kementrian Pendidikan. Dalam tugasnya ini, ia menyempatkan diri mempelajari dan mengakaji berbagai disiplin ilmu pengetahuan dengan membaca buku-buku terjemahan bahasa asing ke bahasa arab. Setelah itu, ia pun menjabat sekretaris Thaha Husein, lalu kemudian sekretaris al’Aqqad. 
Seperti halnya tokoh-tokoh mesir lainnya, semula Sayyid adalah pengagum Barat. Namun setelah menyaksikan langsung dari dekat peradaban barat, Sayyid Quthb berbalik menyerang barat dan menawarkan Islam sebagai solusi bagi permasalahan social politik di Mesir. Menurut Haddad, ada dua hal yang menyebabkan perubahan pemikirannya. Pertama, ia melihat Barat membela dan mendukung berdirinya Negara zionis Israel (1948). Ini dianggabnya sebagai sebuah penolakan terhadap hak-hak bangsa arab. Ketika berada di Washington DC dan California pada 1949 untuk belajar ilmu Administrasi pendidikan, ia melihat bagaimana dukungan luas pemerintah dan pers Amerika terhadap Israel. Kedua, ia menyaksikan langsung keringnya peradaban Barat dari nilai-nilai spiritual. Sayyid Quthb melihat sendiri orang-orang berdansa di gedung gereja. 
Ini yang membuat Sayyid Quthb berubah dan menoleh pada Islam serta menjadikannya sebagai ideology. Pada 1951, setelah pulang dari Amerika, ia masuk organisasi al-Ikhwan. Di sinilah ia mulai mengembangkan gagasan-gagasan politiknya. Ia mulai menunjukkan sikap frontalnya terhadap pemerintah Gamal Abd al-Nasher yang dipandang berbau sosialis. Gagasan-gagasan militannya mempengaruhi anak-anak muda al-Ikhwan. Mereka menuntut pemerintah untuk mundur. Bahkan mereka berusaha membunuh presiden Nasher, tetapi gagal. Akibatnya, banyak anggota al-Ikhwan yang ditangkap dan diadili. Ada yang dihukum gantung, ada yang dihukum kerja paksa, dan ada pula yang dipenjarakan sampai 15 tahun lamanya. Sayyid Quthb termasuk orang yang dipenjarakan oleh Nasher.
Setelah keluar dari penjara pada 1964, ia tetap aktif dalam gerakan al-Ikhwan dan terus menuangkan gagasan-gagasannya dalam buku dan media massa. Namun baru keluar dari penjara, ia ditahan kembali oleh Nasher dengan tuduhan bahwa ia mengoordinasi anggota-anggota al-ikhwan lainnya untuk menggulingkan presiden Nasher dengan cara kekerasan. Akhirnya ia dikenakan hukuman mati pada 22 Agustus 1966 di Kairo.

>>>Baca Juga Cerita Unik

-------------------------
  Lihat Yvonne Y. Haddad, “sayyid quthb: Perumus Ideologi Kebangkitan Islam”. Dalam John L.Exposito, ed., Dinamika Kebangkitan Islam, Terjemahan Bakri Siregar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), hlm. 68.
  Ibid., lihat juga Mahdi Fadhlullah, Titik Temu Agama dan Politik, (Solo: Ramadhani, 1991), hlm. 27.
  Yvonne H. Haddad, Sayyid Quthb, hlm. 70 dan 73.


Comments