Ini adalah sebuah kisah teladan tentang pentingnya nilai keikhlasan yang cukup menarik untuk dibaca dan direnungkan.
Pada zaman dahulu ada seseorang yang banyak ibadah dan sangat baik ahklaknya, rendah hati dan pemberani. Keberaniannya sangat sangat terkenal. Sampai pada suatu saat ia mendengar bahwa di kampungnya ada sebuah pohon yang disembah oleh banyak orang. Ia sangat marah, dan berniat menebangnya. Diambilnya kapak untuk menebang pohon itu. Kemudian sambil mengendarai keledainya ia pergi ke tempat pohon itu berada. Di tengah perjalanannya ia dijegal oleh iblis. Iblis menghalangi perjalannannya dan bertanya,
“mau pergi kemana kau?”
“aku mau pergi ke tempat pohon itu dan aku akan menebangnya,” jawabnya dengan tandas. “mengaba engkau mau menebangnya?” Tanya iblis lagi.
“karena pohon itu banyak disembah manusia. Mereka menyembah selain Allah.”
“apa urusanmu dengan sembahan itu? Biarkan saja mereka dengan urusannya masing-masing!” saran iblis.
“bagaimana aku dapat membiarkan mereka tersesat, padahal tugasku, memberi petunjuk kepada umat.”
Kemudian ahli ibadah itu menjelaskan tugasnya sebagai ulama yang harus memberi petunjuk dan bimbingan kepada manusia. Karena iblis tetap menghalang-halangi, sementara ahli ibadah tetap memaksa untuk pergi, maka terjadailah perkelahian yang sengit antara keduanya. Di dalam perkelahian itu iblis dapat dikalahkan. Ia jatuh tersungkur di atas tanah. Ahli ibadah menghimpit dada iblis itu seraya berkata,
“apakah engkau melihat kekuatanku, wahai iblis terkutuk?”
“ya” jawab iblis “sekarang lepaskanlah aku dan silakan kau kerjakan apa yang kau kehendaki.” Setelah berkelahi cukup lama dan banyak mengeluarkan tenaga, tentu saja ahli ibadah merasa lelah, ia tidak sanggub, lagi meneruskan maksudnya untuk menebang pohon itu. Ia kembali pulang ke gubuknya.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali ahli ibadah telah bernagkat lagi dengan niat yang sama seperti kemarin, yaitu menebang pohon yang disembah itu. Di tengah perjalannnya ia dijegal oleh iblis. Dan terjadilah perkelahian untuk kedua kalinya. Ternyata iblis kalah lagi, iblis berpikir kalau adu fisik ia selalu kalah, maka kali ini ia akan mencoba menggunakan taktik supaya dapat mengalahkan ahli ibadah yang kuat dan gagah perkasa itu.
“alangkah baiknya apabila aku menggunakan tipu daya pada orang itu,” bisiknya.
Mulailah iblis memasang jeratnya, ia menawarkan uang emas (dinar) kepada ahli ibadah itu dengan syarat supaya ahli ibadah mengurungkan niatnya menebang pohon tersebut. Uang emas itu dapat diambil setiap pagi, setelah bangun tidur di bawah sajadahnya. Tawaran itu diterima dengan baik oleh ahli ibadah. Kemudian ia pulang dengan hati yang berbunga-bunga karena akan dapat uang banyak tanpa kerja keras, ia sudah lupa kepada tugasnya sebagainya ulama. Setiap pagi setelah bangun tidur, ahli ibadah memasukkan tangannya ke bawah sajadahnya. Dari sana ia mendapatkan uang emas yang cukup banyak. Namun rupanya hal itu terjadi hanya sampai tiga hari saja, Karena pada hari yang keempat ketika tangannya dijulurkan ke bawah sajadahnya, ia tidak mendapatkan apa-apa lagi. Ahli ibadah itu sangat marah, dan berkata di dalam hatinya,
“sungguh iblis telah mempermainkanku setelah akau mempercayai perkataannya, sekarang aku harus menebang pohon itu, apa pun yang akan terjadi.”
Maka pergilah ahli ibadah ke tempat pohon yang disembah itu. Sebagaimana biasanya, di tengah perjalannya ia dijegal lagi oleh iblis,
“mau kemana kau? “ Tanya iblis sambil tersenyum sinis.
“aku mau mendatangi pohon itu dan sekaligus akan menebangnya”, jawab ahli ibadah dengan nada suara yang cukup keras.
“mengapa kau mau menabang pohon itu? Apa karena kau menghentikan peberian uang emas untukmu?” kata iblis dengan nada mengejek.
Ahli ibadah terdiam seribumkata, tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.
Iblis tertawa terbahak-bahak sambil berkata,
“ sekarang kau tidak akan dapat menebang pohon itu”.
“siapakah gerangan yang akan menghalang-halangiku?” Tanya ahli ibadah.
“aku, aku yang akan menghalangimu” jawab iblis. Untuk ketiga kalinya, terjadilah perkelahian antara iblis dan ahli ibadah. Namun naas, kali ini ahli ibadah yang kalah, ia pun jatuh terkulai di atas tanah, dadanya diduduki dan dicekik iblis sehingga ia tidak berdaya lagi, menyerah kalah. Maka terheran-heranlah ahli ibadah, lalu bertanya,
“apakah yang menyebabkan kau dapat mengalahkanku kali ini, sementara dua kali perkelahian sebelumnya kau yang kalah?”
iblis menjawab dengan tenangnya, “sungguh dulu keadaanmu kuat dan keadaanku lemah, ketika itu imanmu kuat, keinginanmu besar, dan kamu mau menebang pohon itu semata-mata karena Allah. Seandainya anak buahku kumpul semuanya untuk melawan kamu, tentu mereka tidak akan mampu melawanmu. Tetapi sekarang kekuatanmu hilang, keterampilan berkelahimu lenyap, Karena kamu berkelahi Karena harta dan mau menebang pohon karena uang emas, bukan karena Allah lagi”. Lalu iblis berkata kepada ahli ibadah yang rakus itu dengan congkanya, “ayo pulanglah ke gubukmu! Kalau tidak, akan kau tebang batang lehermu”, akhirnya pulanglah ahli ibadah itu, tidak jadi menebang pohon.
Kisah teladan ini merupakan hasil gabungan dari kedua kitab yang cukup popular di kalangan umat islam, yakni kitab ihya ‘ulumuddin Juz IV, halaman 365-366; dan kitab Durratun nashihin, halaman 261.
Comments